Sabtu, 17 September 2011

sepucuk surat dari seorang ayah...

Aku tuliskan surat ini atas nama rindu yang besarnya hanya Allah yang tahu,.Sebelum kulanjutkan, bacalah surat ini sebagai surat seorang laki-laki kepada seorang laki-laki, surat seorang ayah kepada anakanya.
Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menantikanmu dulu belum hilang saat ini. Kecemasan yang indahnya karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun ku temui,.
Nak, menjadi ayah itu mulia. Bacalah sejarah Nabi-nabi dan Rasul, maka kau akan menemukan betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah dan anak-anaknya.
Meskipun demikian, ketahuilah Nak, menjadi ayah itu berat dan sulit, tapi kuakui sepanjang masa kehadiranmu di sisiku aku seperti menemui keberadaanku, makna keberadaanmu dan makna tugas kebapakanku kepadamu. Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan paling aku banggakan di depan siapapun. Bahkan di hadapan Allah, ketika aku duduk berduaan berhadapan dengan Nya hingga usia senja ini.
Nak, saat pertama engkau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan ibumu. Sebagai bukti bahwa aku dan ibumu tak lagi terpisahkan oleh apapun jua.
Tapi seiring waktu, ketika engkau suatu kali telah mampu berkata “tidak’, timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya. Engkau bukanlah miliku, atau milik ibumu Nak. Engkau lahir bukan karena cintaku dan cinta ibumu. Engkau adalah milik Allah, tak ada hakku menuntut pengabdian darimu, karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Allah
Nak, sedih, pedih dan terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya aku dan siapa engkau. Dan dalam waktu panjang di malam-malam sepi, ku sesali kesalahanku itu sepenuh-penuh air mata dihadapan Allah, syukurlah penyesalan itu mencerahkanku. Sejak saat itu Nak, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada pemilikmu yang sebenarnya. Membuatmmu senantiasa berusaha memenui keinginan pemilikmu. Melakukan segala sesuatu karenaNya, bukan karenaku atau ibumu. Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Allah. Inilah usaha terberatku Nak, karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu dekat dengan Allah. Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Allah, Agar perjalannmu mendekati Nya tak lagi terlalu sulit. Kemudian kitapun memulai perjalanan itu berdua, tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku Cuma memegang jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agar dapat kau rasakan perjalanan ruhaniah yang sebenarnya.
Saat kau mengeluh letih berjalan, kukuatkan engkau karena kita memang tak bole berhenti. Perjalanan mengenal Allah tak kenal letih dan berhenti nak,.berhenti bearti mati, inilah kata-kataku tiap kali memelukmu dan menghapus air matamu ketika engkau hampir putus asa.
Akhirnya nak, kalau nanti semua manusia dikumpulakan dihadapan Allah, dan kudapati jarakku amat jauh dari Nya, aku akan ikhlas. Karena seperti itulah aku di dunia. Tapi kalau boleh aku berharap, aku ingin saat itu aku melihatmu dekat denganNya. Aku akan bangga nak, karena itulah bukti bahwa semua titipan bisa kita kembalikan kepada pemiliknya.
Dari ayah yang senantiasa merindukanmu,,
(...dari sebuah sumber, dengan gubahan seperlunya)

*Karena Ayah punya caramya sendiri dalam mencintai kita,
Karena bahasa cintanya adalah bahasa cinta tanggung jawab,..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search Box

Followers

Search This Blog